17 Desember 2010

Inspiring Story

Tulisan ini ku co-pas dari web tda-ers yang sayang kalau terlewatkan. Kalau disimpan disini serasa sudah menyimpan benda berharga ya Inspiring Story is the good food for our soul and life..

Stay hungry and foolish

Sambutan Steve Jobs, CEO Apple Computer dan Pixar Animation Studios, dalam sebuah acara wisuda pada tanggal 12 Juni 2005.

Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah lulus kuliah. Bahkan sesungguhnya inilah saat terdekat saya terlibat dalam upacara wisuda. Hari ini saya ingin berbagi cerita dalam kehidupan saya.


Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik


Saya putus kuliah dari Reed College setelah enam bulan pertama, namun saya tetap ada di kampus selama 18 bulan kemudian, sebelum benar-benar saya berhenti.

Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena “kecelakaan” dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran ingin bayi perempuan.


Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: “kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab: “Tentu saja.”

Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi. Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah.

Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan-habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya tidak melihat manfaatnya.

Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka.

Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil. Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai.

Masa-masa itu tidak selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya.


Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga.

Saya beri Anda satu contoh: Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.

Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik.


Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu.

Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.


Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang.

Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.


Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.


Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan.

Kami baru meluncurkan produk terbaik kami-Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat. Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan? Yah, itulah yang terjadi.

Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu tahun pertama,semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan. Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan.


Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya -saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley.

Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali- saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya.

Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal. Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas.


Hal itu mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya.

Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia.

Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa. Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple.


Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan kehilangan kepercayaan.

Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai.

Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah.
Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya.


Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.

Cerita Ketiga Saya: Kematian


Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: “Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar.” Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri:


“Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?”

Bila jawabannya selalu “tidak” dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya harus berubah.

Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan.

Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang.


Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal. Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor.

Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana , mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi.

Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang. Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi. Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:

Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya.


Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu.


Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain.
Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda.


Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan.

Semua hal lainnya hanya nomor dua. Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama “The Whole Earth Catalog”, yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park , dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya.


Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin ketik, gunting, dan kamera polaroid.
Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat. Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi “The Whole Earth Catalog”, dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir.


Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang.
Di bawahnya ada kata-kata: “Stay Hungry. Stay Foolish.” (Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh).

Itu adalah pesan perpisahan mereka sebelum mereka pergi. Dan saya selalu berharap hal itu untuk saya sendiri. Dan sekarang, kalian para lulusan baru, saya mengharapkan itu untuk kalian.


Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh.


(Intisari pidato ini bisa Anda dapatkan di buku Kubik Leadership : Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup, Gramedia yang saya tulis bersama rekan saya Farid Poniman, Indrawan Nugroho). Terima kasih kepada yang telah mengirimkan terjemahan pidato ini pada awal bulan Ramadhan dan telah saya edit agar lebih enak dibaca.

Karena Ingin Jadi Presiden Direktur
"Saya ingin mandiri dan menjadi presiden direktur," kenang Wuryanano saat memutuskan keluar dari pekerjaan sebagai Manager Divisi di perusahaan nasional pada 1989. Kini, ia tak sekadar menjadi presiden direktur tapi sekaligus pemilik dari sederet perusahaan.

Saat mulai memutar roda bisnis di bidang peternakan, usahanya mengalir lancar dan tak ada aral yang berarti. Bisnis ayam petelur dan ayam potong digelutinya selaras dengan keahliannya. Perusahaan peternakan bernama PT Swastika Prima International itu baru mengadapi tantangan besar saat badai krismon menerpa Indonesia. "Saat itu saya terlalu ambisius dalam mengembangkan usaha saya," ungkap Wuryanano yang menjelaskan permintaan pasar belum mampu menyerap produksi ternaknya. Kerugian Rp 5 miliar pun ia ikhlaskan.

Tapi tak ada istilah patah arang bagi Wuryanano. Dengan menggandeng empat rekanan bisnis, ia membesarkan kembali peternakan miliknya. Justru dengan memiliki rekanan bisnis, ia tak harus kerap nongkrongi peternakan. Ia malah lebih leluasa mengembangkan bisnisnya yang lain.

Lahan peternakannya kini makin lapang dengan menempati tanah 50 hektar di kota Blitar. Kandang-kandangnya selalu riuh oleh suara kotek 350.000 ayam petelur dan 400.000 ayam potong. Peternakan itu juga menjadi sumber rezeki bagi 350 karyawannya yang mayoritas mengenyam bangku sekolah dibawah SMU.

Hasil peternakannya yang bejibun itu tak ada yang tersisa. Para agen sudah antri dengan permintaanya masing-masing. "Bahkan agen baru yang ingin membeli produksi ternak saya tolak karena permintaan membludak," jelas Wuryanano.

Bisnis Wuryanano tak sebatas telur dan daging ayam, tapi juga mengepakkan sayap bisnisnya di bidang merchandising, souvenir, supermarket, garmen, butik dan lembaga pendidikan. Serta yang paling bontot adalah bisnis kue camilan yang nantinya akan diproyeksikan menjadi pabrik kue camilan.

Keberhasilannya menjadi seorang entrepreneur kerap membuatnya prihatin akan kualitas lulusan sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia. "Keliru besar jika dunia pendidikan terlalu banyak materi sehingga menjadi tidak fokus pada ilmu apa yang dibutuhkan," paparnya. "Akibatnya, saat lulus kuliah, banyak yang nggak ngerti bagaimana cara bekerja".

Berbekal keinginan agar lebih banyak menelorkan entrepreneur dan profesional, ia mendirikan Lembaga Pendidikan Profesi Swastika Prima Community College Surabaya. Lembaga pendidikan yang menerima mahasiswa sejak 2001 silam itu telah mewisuda lebih dari 1.000 orang. Ia tak ingin lembaga pendidikannya mencetak pengangguran seperti yang kerap dilihatnya.

"Saya tidak akan meluluskan mahasiswa yang belum menjadi entrepreneur atau yang sudah bekerja," jelas Wuryanano. Artinya, sebelum lulus, mereka telah mengantongi penghasilan. Baik menggawangi usaha sendiri atau setidaknya menjadi profesional di suatu perusahaan.

Keberhasilannya berbisnis mendapat perhatian pihak lain. Ia diganjar penghargaan ISMBEA (Indonesia Small & Medium Business Entrepreneur Award) 2008 sebagai entrepreneur yang berhasil menggerakkan sektor riil dengan inovatif. "Saya melihat penghargaan ini sebagai peringatan karena setelah sekian tahun berbisnis, saya tetap saja menyandang predikat sebagai pengusaha kecil," ujar Wuryanano sambil tertawa. Tapi ia mengakui, senang rasanya memperoleh penghargan itu.

Pengusaha yang saat senggang gemar mengajak istri dan kedua anaknya wisata alam ini, resep bisnisnya cukup unik. "Berusahalah untuk bisa memiliki pegawai sebanyak-banyaknya. Dan jangan lupa mengayomi kesejahteraan mereka," pesan Wuryanano. Kini total karyawannya lebih dari 500 orang dan terus bertambah. Tentu dengan bertambahnya karyawan, kapasitas bisnis akan lebih leluasa melebarkan sayap.

Salam best life..

01 Desember 2010

Happy Writing Again

Wah rasanya sudah lamaaaa sekali nggak nulis. Dari tulisan pasang banner sampai sekarang hingga tak terasa sudah bulan Desember. Waktu cepat sekali berlalu. Kegiatan browsing sambil cari-cari informasi dan inspirasi sih masih sering dilakukan dan Alhamdulillah aku telah menemukan berbagi hal yang bermanfaat baik bagi perkembangan diri juga usahaku. Dan layaknya sebuah kewajaran bahwa siapa yang mencari jika terus mencari pasti suatu saat akan menemukan. Seperti juga aku, dari beberapa saat lamanya terus berpikir mencari fokus dari usaha agar bisa jelas orientasinya, mencari apa yang bisa memantapkan diri agar bisa mengembangkanya, dan kemudian aku menemukan secuil artikel yang kebetulan persis seperti apa yang berkecamuk dalam benakku. Hemm betul-betul secuil karena cuplikan ini berasal dari sebuah tabloid berupa artikel tentang seorang pengusaha wanita yang pas banget merepresentasikan hal-hal yang ingin kulakukan. So aku ingin memuatnya disini :

Dari membaca artikel itu aku seperti mendapat gambaran yang jelas akan keinginananku yang kadang belum bisa fokus, apakah fokus pada distribusi/ penjualan atau ikut memproduksi sendiri mengingat dua- duanya kusuka. Aku pernah punya usaha produksi sendiri dan sekarang menjalankan usaha penjualan saja dengan pertimbangan lebih mudah. Walau sudah usaha penjualan namun masih saja terbersit ingin berproduksi karena nilai kepuasan tersendiri. Tempat tinggalku sekarang kurang menguntungkan untuk kegiatan produksi karena sarananya terbatas namun di tempat asalku banyak sekali rumah produksi yang bisa diajak kerja sama dan untuk pemasaran sebaliknya di tempat tinggalku peluangnya sangat-sangat terbuka luas.

Sekali lagi Alhamdulillah. LOA ku telah bekerja. Sekarang tinggal fokus untuk membesarkan usaha dan mulai memikirkan lagi bentuk pelayanan apa yang pas dan mneuntungkan. Ya aku lebih senang menyebut usahaku ini sebagai pelayanan yang penguntungkan dan menyenangkan. Sehingga walaupun berjualan aku tidak akan mendorong orang untuk bersifat konsumtif tapi membantu menyediakan sarana kebutuhan akan sandang yang akan terus dibutuhkan karena termasuk kebutuhan primer. Dan menyenangkan karena aku mnyukai apapun proses yang diperlukan. So optimize and happy always.

Satu AHA sudah didapat, tinggal melanjutkan rencana-rencana berikutnya--> pindah ke ruangan yang lebih besar yang eye catching, memperbaharui brand yang lebih mind catching (ada tidak ya istilah ini), fokus produk dan memperjelas segmentasi, melakukan strategi marketing (member card, program agen, membuat brosur yang menarik, menyediakan paket-paket kebutuhan ) serta melanjutkan penataan administrasi dan lain-lain. Cukup segini dulu aja tulisan ini.
Salam best life..